“Meski membuat beban kerja guru bertambah, saya tetap berusaha memberikan perhatian dan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan masing-masing siswa,” ujar Nakamura.
Ia percaya bahwa semangat belajar bisa tumbuh ketika siswa saling memberi inspirasi.
Sekolah tersebut memiliki sekitar 260 siswa, termasuk anak-anak dengan disabilitas perkembangan dan siswa dari keluarga berpenghasilan rendah.
Sebagian siswa hanya dapat mengikuti kelas malam di SMA ini.
Baca juga:
Kepala sekolah, Mariko Matsuzaki, mengakui bahwa sekolahnya memiliki kekhasan tersendiri.
Mereka menawarkan program pembelajaran berbasis alam yang memanfaatkan sumber daya lembah sekitar. Sayangnya, keunggulan ini belum dikenal luas.
“Kami bekerja sama dengan komunitas lokal dalam kegiatan pendidikan, tetapi masyarakat sekitar belum sepenuhnya mengenali ciri khas sekolah ini,” ujarnya.
Kondisi serupa juga terjadi di SMA Negeri Metropolitan Kokusai, yang berlokasi dekat Shibuya, Tokyo.
Sekolah ini menerima siswa dari berbagai latar belakang.
Sekitar sepertiga dari total 715 siswanya merupakan anak-anak warga Jepang yang baru kembali dari luar negeri atau warga asing.