Cerita Mahasiswa Indonesia Kuliah dan Riset di Jepang, Adaptasi Sosial Lebih Berat daripada Publikasi Ilmiah

Dedy Ariwansa (31) saat berada di ruang laboratorium tempat ia bekerja. DOK. PRIBADI DEDY.

OHAYOJEPANG – Jepang menjadi salah satu tujuan populer bagi mahasiswa Indonesia yang ingin menempuh pendidikan tinggi berbasis riset. 

Reputasi akademik yang kuat, dukungan fasilitas laboratorium canggih, dan budaya kerja disiplin menjadi daya tarik utama. 

Dua peneliti asal Indonesia yang kini tinggal di Hokkaido, berbagi pengalaman mereka menjalani studi dan karier riset di negeri sakura. 

Keduanya sepakat bahwa belajar di Jepang tidak hanya soal akademik, tetapi juga pembentukan karakter dan etos kerja.

Baca Juga:

Sistem Pendidikan di Jepang yang Berbasis Riset

Salah satu hal yang membedakan pendidikan tinggi di Jepang adalah sistemnya yang berorientasi pada penelitian. 

Mahasiswa program S2 dan S3 tidak sekadar belajar teori di kelas, melainkan lebih banyak menghabiskan waktunya untuk riset di laboratorium.

Rafiq Arsyad, mahasiswa S3 di Hokkaido University, menjelaskan bahwa pendidikan di Jepang umumnya berfokus pada penelitian.

“Graduate school di Jepang itu research-based. Mahasiswa benar-benar hidup di lab dan melakukan riset setiap hari,” ujar Rafiq saat diwawancarai oleh Ohayo Jepang, Kamis (13/11/2025).

Pengalaman serupa juga dialami oleh Dedy Ariwansa, postdoctoral researcher di Health Sciences University of Hokkaido.

Ia menilai sistem ini menuntut tanggung jawab tinggi terhadap hasil penelitian. 

Halaman Berikutnya

Halaman:

Kompas.com Play

Lihat Semua
Expand player
Komentar
Dapatkan hadiah utama Smartphone dan Voucher Belanja setiap minggunya, dengan berkomentar di bawah ini! #JernihBerkomentar *Baca Syarat & Ketentuan di sini!
Tulis komentar Anda...
Lihat komentar tentang artikel ini di Bagian Komentar!