Akhir pekan kemarin, saya berkunjung ke Hiratsuka, sebuah kota pesisir di Prefektur Kanagawa.
Di sanalah saya ikut larut dalam kemeriahan Shōnan Yosakoi Matsuri. Menjelang malam, para penari mulai berdatangan.
Anak-anak mengenakan happi coat warna-warni, mahasiswa tampil kompak dengan seragamnya, dan para lansia pun tak kalah bersemangat.
Di tangan mereka tergenggam naruko, alat musik kayu kecil yang ditepuk-tepukkan dengan ritme cepat dan serempak.
Tarian demi tarian pun dimulai. Beberapa tim membawa kipas, tongkat, atau bendera yang berkibar mengikuti gerakan tubuh.
Koreografinya lincah, penuh energi, dan sangat hidup. Kostum mereka berlapis-lapis, dipenuhi motif gelombang, bunga, dan bentuk geometris yang semakin mencolok di bawah cahaya lampu jalan.
Dalam setiap tepukan naruko, terasa denyut semangat festival yang menular ke semua penonton.
Dari pengalaman ini, saya jadi makin penasaran dengan kekayaan budaya Jepang, khususnya tarian-tarian tradisional yang sering hadir dalam festival.
Masing-masing punya cerita, irama, dan suasana yang berbeda. Berikut empat jenis tarian yang sering dirayakan di berbagai daerah Jepang.
Baca juga:
- Festival Awa Odori, Tempat Wisata, dan Kuliner di Tokushima Jepang
- Apa itu Awa Odori Khas Jepang? Simak Sejarah dan Perkembangannya
- Tarian Awa Odori, Salah Satu Festival Musim Panas Terbesar di Jepang
1. Yosakoi: Tradisi yang Terus Berevolusi
Yosakoi berasal dari Prefektur Kōchi, muncul setelah Perang Dunia II sebagai bentuk semangat baru bagi masyarakat.