OHAYOJEPANG - Suhu di Jepang saat musim gugur punya peran penting dalam keindahan alam yang paling dinanti, yaitu perubahan warna daun.
Ketika suhu mulai menurun dan waktu siang semakin singkat, pemandangan Jepang berubah menjadi lautan warna merah, oranye, dan kuning.
Fenomena ini bukan hanya indah, tapi juga mencerminkan keseimbangan alam yang khas di negeri empat musim tersebut.
Perubahan warna daun, atau kōyō, dipicu oleh kondisi suhu yang stabil dan sejuk.
Artikel ini membahas bagaimana suhu di Jepang memengaruhi waktu munculnya warna musim gugur, serta alasan mengapa momen ini selalu dinantikan wisatawan dari berbagai negara.
Baca juga:
Perubahan warna daun di Jepang biasanya mulai terjadi ketika suhu malam turun dan suhu siang hari menjadi lebih sejuk.
Menurut Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency/JMA), bulan Oktober menjadi awal musim gugur yang stabil dengan udara segar dan langit cerah.
Kondisi ini menjadi waktu ideal bagi munculnya warna daun yang paling mencolok.
Secara umum, daun maple dan ginkgo mulai berubah warna saat suhu rata-rata harian berada di bawah 20 °C, sedangkan suhu malam turun ke kisaran 5–10 °C.
JMA mencatat bahwa tekanan udara tinggi pada Oktober membawa lebih banyak sinar matahari dan udara bersih, menciptakan suasana yang pas untuk proses alami tersebut.
Lembaga Cuaca Jepang (Japan Weather Association/JWA) bahkan membuat prakiraan khusus musim gugur berdasarkan data suhu dan perubahan warna daun dari JMA.
Prediksi ini membantu masyarakat mengetahui kapan waktu terbaik menikmati panorama musim gugur di berbagai wilayah Jepang.
Kondisi suhu di Jepang selama musim gugur sangat bervariasi, tergantung wilayah dan ketinggian.
Di daerah pegunungan, perubahan warna daun bisa terjadi lebih cepat, bahkan sejak September.
Sementara di daerah selatan seperti Kyushu, proses ini baru tampak pada November atau Desember.
Menurut prakiraan JWA, perubahan warna daun di Jepang bergerak dari utara ke selatan, seiring penurunan suhu secara bertahap.
Di Tokyo dan Kyoto, suhu siang hari pada Oktober berkisar antara 15–23 °C, sedangkan malam hari bisa turun hingga 5–10 °C.
Perbedaan suhu ini membantu pembentukan pigmen alami seperti antosianin (merah) dan karotenoid (kuning keemasan), sementara klorofil hijau berkurang.
Hasilnya adalah perpaduan warna yang menciptakan pemandangan musim gugur khas Jepang.
Suhu di Jepang saat musim gugur juga berpengaruh besar pada pengalaman wisata.
Udara sejuk membuat aktivitas di luar ruangan terasa nyaman, mulai dari berjalan di taman, menikmati festival, hingga mendaki gunung.
Bulan Oktober dikenal sebagai waktu ketika curah hujan menurun dan sinar matahari lebih stabil.
JMA mencatat bahwa tekanan udara tinggi yang sering terjadi pada bulan ini membantu mengurangi hujan dan menghadirkan langit cerah.
Hal ini menjadikan suasana musim gugur sangat mendukung untuk berwisata dan menikmati keindahan alam Jepang.
Bagi wisatawan yang berencana melakukan wisata Jepang musim gugur, memperhatikan suhu menjadi hal penting agar bisa menentukan waktu terbaik untuk berkunjung.
Suhu yang tepat bisa mengubah bukit hijau menjadi panorama warna-warni yang menakjubkan.
Japan Weather Association setiap tahun merilis prakiraan resmi musim gugur yang mencakup lebih dari 700 lokasi terbaik di seluruh Jepang.
Data ini disusun berdasarkan catatan suhu dan pola perubahan warna daun selama bertahun-tahun.
Artinya, suhu di Jepang bukan hanya penentu waktu terjadinya perubahan warna, tapi juga menjadi panduan bagi wisatawan dan warga lokal dalam merencanakan perjalanan mereka.
Oktober pun menjadi bulan ketika ciri-ciri musim gugur mulai terasa nyata; hari-hari sejuk, pagi dan malam yang dingin, serta warna-warni daun yang mulai muncul di berbagai tempat.
Bagi siapa pun yang ingin menikmati pesona musim gugur di Jepang, biarkan suhu menjadi penuntun, bukan kalender.
Ketika termometer menunjukkan angka yang pas, alam Jepang akan memperlihatkan keindahan terbaiknya.
Sumber: