OHAYOJEPANG - Upacara minum teh Jepang bukan sekadar minum teh hijau, melainkan pengalaman budaya yang sarat makna.
Melalui ritual ini, wisatawan Indonesia dapat merasakan harmoni, rasa hormat, dan ketenangan yang diwujudkan dalam gerakan sederhana penuh filosofi.
Baca juga:
Dalam bahasa Jepang, upacara minum teh dikenal dengan istilah sadō atau chadō yang berarti “jalan teh.”
Ada juga sebutan chanoyu yang digunakan ketika fokus pada persiapan dan penyajian teh hijau bubuk atau matcha.
Penyebutan ini tidak hanya mengacu pada cara minum, tetapi juga pada filosofi yang menyertai setiap gerakan dan penyajiannya.
Sen no Rikyū, maestro teh abad ke-16, merumuskan empat prinsip utama dalam upacara minum teh Jepang.
Pertama adalah wa atau harmoni.
Kedua, kei yang berarti rasa hormat.
Ketiga, sei yang berarti kemurnian.
Terakhir, jaku atau ketenangan.
Nilai-nilai ini selaras dengan budaya Indonesia yang juga menjunjung penghormatan pada tamu, kedekatan dengan alam, serta keindahan momen kebersamaan.
Mengikuti upacara minum teh Jepang serasa memasuki ritme kehidupan yang berbeda.
Setiap gerakan dilakukan dengan tujuan menciptakan suasana tenang dan penuh kesadaran.
Melalui taman (roji)
Tamu berjalan di jalur sederhana untuk meninggalkan hiruk-pikuk keseharian.
Penyucian di pancuran batu (tsukubai)
Tangan dan mulut dibasuh sebagai wujud kerendahan hati sebelum memasuki ruangan.
Memasuki ruang teh (chashitsu)
Ruangan minimalis dengan tatami, bunga musiman, dan gulungan kaligrafi menyambut tamu sesuai suasana acara.
Persiapan teh (otemae)
Tuan rumah menakar dan mengaduk matcha dengan gerakan anggun, lalu menyajikannya dalam mangkuk buatan tangan.
Menyeruput teh
Tamu membungkuk, memutar mangkuk sedikit sebelum menyesap, serta menghargai rasa teh dan keindahan perlengkapannya.
Alur yang teratur ini mendorong peserta untuk hadir sepenuhnya, sesuai dengan prinsip Zen ichi-go ichi-e atau “sekali bertemu, satu kesempatan,” yang mengingatkan setiap perjumpaan bernilai istimewa.
Upacara minum teh Jepang mengajak peserta memperlambat langkah, menghargai setiap gerakan, dan menemukan makna dalam keheningan.
Hal itu seperti adat Indonesia yang menekankan keramahan dan kebersamaan.
Mengikuti pengalaman ini memberikan kesempatan memahami budaya Jepang secara lebih dalam.
Hal tersebut melampaui gambaran umum yang biasa terlihat dalam brosur wisata.
Bagi wisatawan Indonesia, upacara teh menjadi jembatan yang mempertemukan tradisi, filosofi, dan rasa kebersamaan dalam satu pengalaman berharga.
Sumber:
Penulis: Karaksa Media Partner (September 2025)
@ohayo_jepang Kerapian dan kebersihan Jepang memang bukan mitos. Salah satu kuncinya adalah sistem pembuangan sampah yang super ketat. Di sana, sampah harus dipisah berdasarkan jenisnya: 1. Sampah daur ulang (kaca, kaleng, plastik) 2. Sampah yang bisa dibakar (sisa makanan) 3. Sampah yang tidak bisa dibakar 4. Sampah berukuran besar Setelah pengelompokan sampah berdasarkan jenisnya, sampah dapur dan sampah yang berpotensi kotor, seperti kemasan susu atau minuman manis lainnya, sebaiknya dicuci atau dibersihkan terlebih dahulu. Semua punya jadwal buang dan tempatnya masing-masing. Kalau salah? Siap-siap dapat teguran! Aturan ini berbeda di setiap distrik, jadi pastikan kamu cek jadwalnya di mading apartemen atau website resmi pemerintah setempat. Kreator Konten: Salma Aichi K Produser: Siti Annisa Penulis: Ni Luh Made Pertiwi F #OhayoJepang #HidupdiJepang #KerjadiJepang #MagangdiJepang #BudayaJepang ♬ suara asli - Ohayo Jepang