Penggemar Demon Slayer khususnya Tanjiro Kamado wajib ke Gyōda! Kota di Saitama ini terkenal dengan tanbo art atau seni sawah.
Tahun ini, desain yang diangkat berasal dari serial anime populer Kimetsu no Yaiba atau Demon Slayer.
Hal itu dalam rangka pemutaran Demon Slayer: Mugen-jō-hen atau Demon Slayer: Kimetsu No Yaiba The Movie - Infinity Castle, film trilogi terbaru dari serial anime populer tersebut.
Pemutaran perdana film ini pada 18 Juli di Jepang menjadi alasan pemilihan Tanjiro sebagai ikon utama.
Wajah sang tokoh utama, Kamado Tanjiro, menjadi pusat perhatian dari hamparan sawah yang disulap menjadi karya seni.
Proyek seni sawah ini hasil kerja keras ratusan relawan yang menanam padi dengan penuh semangat sejak pertengahan Juni 2025.
Karya ini bisa dinikmati dengan jelas dari lantai observasi di dalam Kodai Hasu Hall, terutama dari pertengahan Juli hingga pertengahan Oktober.
Baca juga:
Semuanya dimulai pada 14 Juni 2025. Sebanyak 676 relawan berkumpul di sawah timur Kodai Hasu Hall untuk menanam padi membentuk bagian utama dari desain Tanjiro.
Serunya lagi, versi mini dari Tanjiro juga hadir untuk memberi semangat di acara pembukaan.
Keesokan harinya, 514 peserta dari berbagai usia ikut serta dalam sesi “tanam padi bareng” yang terbuka untuk umum.
Anak-anak dan orang dewasa turun langsung ke lumpur, tertawa sambil menyusun pola demi pola dengan rapi.
Ada juga demonstrasi drone pertanian dan alat canggih dari perusahaan Kanto Koshin Kubota yang turut mendukung acara ini.
Istimewanya, penyelenggara menggunakan 10.275 batang kayu sebagai penanda desain, jumlah terbanyak sepanjang sejarah Tanbo Art di Gyōda.
Proyek rumit ini bisa selesai tepat waktu berkat bantuan relawan dan peserta.
Hanya butuh seminggu setelah tanam padi, desain Tanjiro mulai terlihat samar. Pada akhir Juni, motif kotak-kotaknya mulai terbentuk jelas.
Tali-tali penanda kemudian dicopot pada awal Juli agar pengunjung bisa melihat desain dengan lebih bersih.
Memasuki pertengahan Juli, warna tanaman mulai kontras. Itulah momen ketika pengunjung disarankan datang untuk melihat langsung keindahannya.
Dari lantai observasi Kodai Hasu Hall, wajah Tanjiro tampak utuh dan mengesankan.
Pihak penyelenggara mengaku senang karena cuaca mendukung dan seluruh proses berjalan lancar.
Gyōda bukan pemain baru dalam seni sawah. Tradisi ini sudah berlangsung sejak 2008.
Setiap tahun; desain seni sawah selalu baru dan sering berkolaborasi dengan anime, film, gim, atau acara TV.
Pada 2015, seni sawah Gyōda bahkan diakui oleh Guinness World Records sebagai rice paddy art terbesar di dunia.
Tak heran kalau setiap tahunnya proyek ini selalu dinantikan, baik oleh warga lokal maupun wisatawan.
Harga Tiket Masuk Kodai Hasu Hall | Dewasa (di atas SMA): 400 yen (sekitar Rp 44.000) Anak-anak (SD & SMP): 200 yen (sekitar Rp 22.000) Rombongan (20 orang atau lebih): Dewasa 320 yen (sekitar Rp 35.000), Anak-anak 160 yen (sekitar Rp 18.000) |
Jam Operasional | Normal: 09.00–16.30 (penerimaan terakhir pukul 16.00) Musim bunga teratai (akhir Juni–awal Agustus): 07.00–16.30 (penerimaan terakhir pukul 16.00) |
Akses | Dari Stasiun Gyōda (pintu timur) jalur JR Takasaki, naik bus wisata lokal yang berputar searah jarum jam, turun di halte “Kodai Hasu No Sato” |
Sumber:
View this post on Instagram