Selain itu, sekolah-sekolah diharapkan memiliki guru atau staf yang fasih berbahasa isyarat, supaya siswa yang membutuhkannya bisa mendapat akses pendidikan secara optimal.
Federasi Tuli Jepang mencatat, saat ini sudah ada peraturan serupa di tingkat daerah di 40 prefektur dan sekitar 550 kota di seluruh Jepang.
Namun, dengan hadirnya undang-undang nasional ini, upaya untuk mempromosikan dan melestarikan bahasa isyarat diyakini akan semakin kuat dan merata.
Undang-undang ini hadir di momen yang tepat, menjelang penyelenggaraan Deaflympics pertama di Jepang.
Acara olahraga internasional untuk atlet tuli dan tunarungu ini akan berlangsung di Tokyo dan beberapa wilayah lain pada November 2025.
Diperkirakan, sekitar 6.000 atlet dan ofisial dari 70 hingga 80 negara akan ikut ambil bagian dalam ajang ini.
Jepang berharap langkah ini dapat meningkatkan kesadaran masyarakat soal inklusi dan menciptakan suasana ramah komunitas tuli di berbagai bidang kehidupan.
Lebih dari sekadar menyambut ajang olahraga, undang-undang ini dipandang sebagai tonggak penting untuk memastikan suara dan hak kelompok tuli di Jepang semakin diperhatikan.
© Kyodo News
View this post on Instagram