Pemerintah Jepang meminta seluruh penduduk sebuah pulau kecil di selatan negara itu untuk mengungsi, setelah lebih dari 1.000 gempa mengguncang wilayah tersebut sejak 21 Juni 2025.
Pulau Akuseki yang berada di Kepulauan Tokara, selatan wilayah Kyushu, menjadi salah satu titik terdampak.
Pada Kamis (3/7/2025), gempa berkekuatan 5,5 magnitudo kembali tercatat di dekat pulau tersebut.
Sehari sebelumnya, gempa dengan kekuatan yang sama juga terjadi di kawasan yang sama.
Baca juga:
Melansir kantor berita AFP (3/7/2025), pemerintah kota setempat mengimbau 89 warga Pulau Akuseki untuk mengungsi ke lapangan sekolah terdekat.
Langkah ini diambil sebagai tindakan pencegahan atas risiko gempa yang terus berulang.
Setelah seluruh warga dipastikan dalam kondisi aman, pemerintah mencabut imbauan tersebut.
Hingga saat ini, tidak ada laporan mengenai kerusakan besar akibat gempa.
Direktur Divisi Pengamatan Gempa Bumi dan Tsunami Badan Meteorologi Jepang (Japan Meteorological Agency/JMA), Ayataka Ebita, menyatakan bahwa gempa tersebut tidak menimbulkan risiko tsunami.
Meski begitu, ia tetap mengingatkan masyarakat agar waspada terhadap kemungkinan terjadinya gempa susulan.
"Di wilayah yang mengalami guncangan kuat, risiko rumah roboh dan tanah longsor meningkat," kata Ebita kepada wartawan.
Ia juga menambahkan bahwa gempa dengan kekuatan serupa masih mungkin terjadi dalam waktu dekat.
Sejak akhir Juni, wilayah Kepulauan Tokara telah mencatat 1.031 gempa. Aktivitas ini jauh lebih tinggi dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Pada September 2023, misalnya, JMA mencatat 346 gempa dalam kurun waktu yang singkat di wilayah yang sama.
Kepulauan Tokara terdiri dari 12 pulau kecil, dan tujuh di antaranya berpenghuni. Total populasi di wilayah ini mencapai sekitar 700 orang.
Letak geografis yang berada di atas pertemuan empat lempeng tektonik utama menjadikan kawasan ini rawan aktivitas gempa.
Di tengah meningkatnya aktivitas seismik, kekhawatiran juga tumbuh di masyarakat.
Beberapa wisatawan asing bahkan menunda rencana perjalanan ke Jepang karena kekhawatiran yang dipicu oleh unggahan di media sosial.
Salah satu isu yang ramai diperbincangkan adalah prediksi gempa besar pada 5 Juli 2025.
Prediksi tersebut berasal dari komik manga yang diterbitkan ulang pada 2021 dan belakangan kembali viral.
Menanggapi hal ini, Ayataka Ebita menegaskan bahwa prediksi tersebut tidak memiliki dasar ilmiah.
"Kami mengetahui bahwa cerita seperti itu beredar, tetapi itu adalah hoaks," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa hingga saat ini, teknologi dan ilmu pengetahuan belum mampu memprediksi kapan tepatnya gempa akan terjadi.
Meski tidak bisa diprediksi, potensi gempa besar di wilayah Jepang tetap menjadi perhatian serius.
Pemerintah telah memperbarui estimasi kemungkinan terjadinya gempa besar di wilayah Nankai Trough dalam 30 tahun ke depan.
Kemungkinan tersebut kini berada di kisaran 75 hingga 82 persen.
Pada Maret 2025, pemerintah juga merilis estimasi baru mengenai dampak yang bisa ditimbulkan jika gempa besar terjadi.
Dalam skenario terburuk, jumlah korban jiwa bisa mencapai 298.000 orang, dengan kerugian ekonomi hingga 2 triliun dolar AS.
Pemerintah menegaskan bahwa masih banyak hal yang harus disiapkan untuk menghadapi potensi bencana tersebut.
Langkah mitigasi dan edukasi masyarakat menjadi fokus utama dalam menghadapi kemungkinan gempa di masa depan.
View this post on Instagram