Ada pula Shibuya Girls International School, yang dikelola oleh Hitomi Akaogi, seorang gyaru sekaligus mantan editor majalah Egg versi baru.
Kurikulumnya mencakup percakapan Bahasa Inggris, pembuatan video, dan pemasaran media sosial, bahkan menyediakan kesempatan bagi siswi yang ingin mengikuti audisi sebagai calon bintang TV.
Kehadiran sekolah-sekolah ini membuktikan bahwa gyaru bukan sekadar tren sesaat.
Ia adalah sebuah subkultur dengan nilai dan aspirasi yang mendalam, yang bahkan diakui dan dikembangkan melalui jalur pendidikan formal.
Gyaru menjadi bagian tak terpisahkan dari dinamika sosial dan budaya kaum muda di Jepang, terus beradaptasi dan berkembang seiring waktu.
Sumber:
View this post on Instagram