Ia mengaku bahwa memerankan karakter favorit dari anime membantunya membangun rasa percaya diri.
“Cosplay bisa membantu orang untuk lebih percaya diri ya. Cosplay salah satu bentuk ekspresi seni juga, jadi cosplayer juga pastinya enggak sekadar berkostum,” ujarnya.
“Apresiasi orang lain saat kita cosplay juga bisa jadi salah satu support yang bikin kita bisa lebih percaya diri,” lanjut Hilky.
Menyatu dengan karakter fiktif memungkinkan cosplayer menyuarakan sisi diri yang sulit ditampilkan dalam kehidupan nyata.
Hal ini diamini oleh psikolog Adityana Kasandra Putranto sebagai proses penjelajahan diri.
Ia menyoroti bahwa hobi cosplay memberinya ruang untuk mengeksplorasi serta mengungkapkan sisi-sisi dari identitas dirinya yang mungkin sulit muncul dalam keseharian.
“Misalnya, seseorang yang pemalu bisa merasa lebih percaya diri saat memerankan karakter yang karismatik atau kuat,” ujarnya.
Sebagai mantan cosplayer, ia menjelaskan bahwa karakter yang dipilih oleh seorang cosplayer biasanya memiliki nilai atau sifat yang selaras dengan kepribadian mereka.
Dengan mengenakan kostum dan memerankan tokoh tersebut, banyak cosplayer justru merasa lebih autentik, seolah karakter itu menjadi cerminan sisi terdalam diri mereka yang jarang terlihat dalam kehidupan sehari-hari.
Menurut Kasandra, dari sudut pandang psikologi, mengenakan “peran” atau “persona” seperti ini bisa menciptakan ruang emosional yang aman.