OHAYOJEPANG - Seorang mahasiswa Indonesia pernah gagal mendaftar ke universitas di Jepang karena hanya memiliki sertifikat bahasa Jepang level N4, padahal syarat yang diminta adalah N2.
Kisah serupa juga dialami oleh seorang pencari kerja. Ia fasih berbahasa Jepang dalam percakapan sehari-hari, tetapi ditolak oleh perusahaan Jepang karena tidak memiliki sertifikat resmi JLPT.
Cerita seperti ini cukup sering terdengar dan semuanya berpusat pada satu hal penting, yaitu JLPT Jepang.
Ujian ini menjadi standar internasional untuk mengukur kemampuan bahasa Jepang bagi penutur asing.
Mulai dari sertifikat N5 sebagai tingkat dasar hingga JLPT N1 sebagai tingkat tertinggi, setiap level menunjukkan sejauh mana seseorang menguasai bahasa Jepang.
Baca juga:
Japanese Language Proficiency Test atau JLPT diselenggarakan dua kali setahun oleh Japan Foundation dan Japan Educational Exchanges and Services (JEES) di lebih dari 80 negara termasuk Indonesia.
Lebih dari satu juta orang di seluruh dunia mengikuti ujian ini setiap tahun, menjadikannya salah satu tes kemampuan bahasa asing paling populer.
Bagi warga Indonesia, sertifikat JLPT bukan sekadar pelengkap, tetapi menjadi kunci penting dalam berbagai kesempatan akademik dan profesional di Jepang.
Di bidang pendidikan, sebagian besar universitas di Jepang mensyaratkan minimal sertifikat N2, sedangkan beberapa program studi mewajibkan N1.
Dalam dunia kerja, perusahaan Jepang biasanya menetapkan JLPT N3 sebagai standar minimum, sementara posisi profesional menuntut sertifikat N2.