Jika pemikiran seorang bawahan sudah sesuai dengan tujuan perusahaan, maka atasan biasanya akan langsung menyetujui.
Namun jika ada perbedaan, hal itu akan dikonfirmasi dan didiskusikan bersama lebih lanjut.
Ia menambahkan, konsultasi yang dilakukan juga harus jelas dan tidak memakan waktu terlalu lama.
Setiap rencana harus ada batas waktunya dan disampaikan dengan jelas.
Menurut Rizki, inilah yang sering belum dipahami oleh banyak pekerja Indonesia, karena mereka terbiasa takut menyampaikan pendapat sendiri kepada atasan.
Dalam praktiknya, Rizki butuh waktu sekitar dua hingga tiga tahun untuk benar-benar memahami dan menjalani Horenso dengan tepat.
Prosesnya penuh trial and error, dengan banyak koreksi dari atasan.
“Awalnya tidak ada yang benar-benar mengajari formulanya. Saya sambil menjalani, sambil melihat, sambil diingatkan kalau ada yang keliru. Lama-lama mulai terbiasa,” ujar lulusan Hakuho Women's College pada 2010 ini.
Sekarang, Rizki menularkan kebiasaan Horenso pada bawahannya, terutama staf baru dari Indonesia yang masih belum terbiasa dengan budaya kerja Jepang.
Ia masih harus melakukan micromanagement di tahap awal agar mereka benar-benar paham pentingnya inisiatif dan konsultasi, bukan sekadar menunggu perintah.