Hujan tersebut diprediksi dapat menyebabkan banjir, luapan sungai, dan tanah longsor.
Fenomena ini menunjukkan bahwa musim panas di Jepang tidak selalu kering, melainkan sering tumpang tindih dengan musim hujan (tsuyu), terutama selama Juni dan Juli.
Hal ini membuat masyarakat menghadapi tantangan ganda yaitu panas ekstrem dan potensi bencana akibat hujan.
Baca juga:
Dinas kesehatan Tokyo melaporkan, setidaknya 57 orang dilarikan ke rumah sakit pada Rabu akibat gejala yang berkaitan dengan serangan panas.
Sehari sebelumnya, tercatat 169 orang mengalami kondisi serupa.
Di wilayah lain, sedikitnya tiga orang dilaporkan meninggal dunia karena paparan panas ekstrem pekan ini.
Pihak berwenang kembali mengimbau masyarakat untuk tetap berada di ruangan berpendingin udara dan menjaga asupan cairan tubuh.
Imbauan ini terutama ditujukan kepada para lansia, kelompok usia yang paling rentan terhadap dampak gelombang panas.
Data pemerintah mencatat bahwa lebih dari 80 persen korban meninggal akibat serangan panas dalam lima tahun terakhir adalah warga lanjut usia.
Beberapa warga Tokyo memilih mengenakan pakaian khusus penolak panas dan menggunakan aksesori pelindung untuk bertahan dari terik matahari.