Film ini memadukan realisme dan fantasi untuk menghadirkan potret pedesaan tempat sang sutradara tumbuh besar.
Aktris ternama Fan Bingbing, peraih penghargaan Aktris Terbaik TIFF 2010 lewat Buddha Mountain, tampil memukau dalam peran yang sepenuhnya mengubah citra dirinya di layar.
Setelah meninggalkan kesan mendalam lewat Tokyo Sunrise (2015) dan Summer Blooms (2017), sutradara Nakagawa Ryutaro kembali dengan bab penutup triloginya.
Film ini berkisah tentang Michi, yang pulang ke kampung halamannya setelah mengetahui bahwa sang ibu, Kanako, tak memiliki banyak waktu tersisa.
Usahanya untuk merawat ibunya justru ditolak, sementara kehamilannya dan kesedihan suaminya, Toshizo, atas kehilangan seorang teman lama, menambah beban emosionalnya.
Saat Michi menemukan rekaman kaset yang mengungkap kisah cinta masa lalu ibunya, ia perlahan mulai memahami sosok Kanako dan belajar menerima cinta yang diwariskan sang ibu sebagai kekuatan untuk melangkah maju.
Berlatar Palestina pada masa pemerintahan Inggris tahun 1936, film Palestine 36 menggambarkan pemberontakan nasionalis yang dipicu oleh perlawanan warga Arab Palestina terhadap pemukim Yahudi dan kekuasaan kolonial Inggris.
Kisahnya berpusat pada Yusuf, seorang pemuda yang mencintai kehidupan tradisional di desanya namun terseret dalam ketegangan sosial dan politik di Yerusalem.
Dengan skala epik, film ini menelusuri bagaimana peristiwa pada masa itu membentuk identitas nasional Palestina.
Lebih dari sekadar drama sejarah, Palestine 36 menjadi refleksi mendalam atas akar dari situasi Palestina masa kini.